Mata Kuliah :
GINEKOLOGI
Pokok Bahasan : Penatalaksanaan Kelainan
Sistem Reproduksi
Dosen : Wenny Indah
Purnama Eka Sari, SST
Setelah
menyelesaikan mata kuliah ini Mahasiswa mampu menjelaskan Penatalaksanaan Kelainan Sistem Reproduksi.
o Mohamad,
K. 1998. Kontraindikasi dalam Kesehatan
Reproduksi Edisi I. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
o
Wiknjosastro , H. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka.
o
Depkes RI. 1997. Buku Pegangan HIV / AIDS . Jakarta
o Syaifudin
, AB. 2002. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan neonatal. Jakarta
· Hand Out
· Laptop
· LCD
Seorang wanita yang mengalami keluhan sehubungan dengan alat
reproduksinya akan merasa cemas, gelisah dan malu untuk mengungkapkan kepada
tenaga medis. Dalam menghadapi pasien yang
demikian, sikap seorang tenaga medis sebaiknya sabar, pengertian dan menimbulkan kepercayaan.
Penatalaksanaan Kelainan Sistem Reproduksi
Simptomatologi penyakit ginekologi sebagian besar berkisar pada gejala
1) Perdarahan
2) Rasa nyeri
3) Pembengkakan.
a. Anamnesa dan Umum/ Khusus
Anamnesa
Ø Anamnesa meliputi :
–
Riwayat penyakit umum; apakah penderita pernah
menderita penyakit berat, TBC, jantung, ginjal, kelainan darah, diabetus melitus dan kelainan jiiwa. Riwayat operasi
non ginekologi seperti strumektomi,
mammektomi, appendektomi, dan lain-lain.
–
Riwayat obstetrik; perlu diketahui riwayat kehamilan sebelumnya, apakah pernah
mengalami keguguran, partus secara spontan normal atau partus dengan tindakan, dan bagaimana keadaan
anaknya. Adakah infeksi nifas dan riwayat kuretase yang dapat menjadi sumber infeksi panggul dan kemandulan.
–
Riwayat penyakit / kelaianan ginekologi pengobatannya, khususnya
operasi yang pernah dialami.
–
Riwayat haid perlu diketahui riwayat menarche, siklus haid teratur atau tidak, banyaknya darah yang keluar, lamanya haid, disertai rasa nyerii atau tidak, dan menopause . Perlu ditanyakan haid terakhir yang masih normal.
–
Keluhan utama; keluhan yang dialami pasien sekarang.
–
Riwayat keluarga berencana ;
riwayat pemakaian alat kontrasepsi apakah pasien menggunakan kontrasepsi alami
dengan atau tanpa alat, hormonal, non hormonal maupun kontrasepsi mantap.
–
Riwayat penyakit keluarga ; perlu ditanyakan apakah keluarga pasien ada yang memiliki penyakit berat atau kronis.
Ø Pemeriksaan Umum
– Pemeriksaan umum meliputi : Kesan umum;
apakah tampak sakit, bagaimanakah kesadarannya, apakah
tampak pucat, mengeluh kesaakitan di daerah abdomen.
–
Pemeriksaan tanda vital : pemeriksaan tekanan darah,nadi dan suhu.
– Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus.
Ø Pemeriksaan Khusus
Merupakan Pemeriksaan Ginekologi. Agar diperoleh hasil yang
baik maka posisi pasien dan alat-alat yang digunakan juga menentukan.Adapun
posisi yang digunakan adalah posisi litotomi, miring dan sims.
Pemeriksaan khusus meliputi :
– Pemeriksaan Abdomen terdiri dari :
a)
Inspeksi yaitu memperhatikan bentuk, pembesaran (mengarah pada kehamilan, tumor, maupun asites), pergerakan pernafasan kondisi kulit (tebal,
mengkilat, keriput, striae, pigmentasi)
b) Palpasi – Sebelum pemeriksaan, kandung kencing dan rectum sebaiknya dalam keadaan kosong.Untuk mengetahui besar tumor dan tinggi fundus uteri permukaan tumor, adanya gerakan janin, tanda cairan bebas, apakah
pada perabaan terasa sakit.
c)
Perkusi – Untuk mendengar gas dalam usus, menentukan pembesaran tumor, terdapat cairan bebas dalam
kavum abdomen dan perasaan sakit saat diketok.
d)
Auskultasi – Pemeriksaan bising usus, gerakan janin maupun denyut jantung janin.
– Pemeriksaan Payudara – mempunyai arti penting
sehubungan dengan diagnostik kelaiann endokrin, kehamilan, dan karsinoma mammae.
–
Alat Genital Luar, terdiri dari :
a)
Inspeksi Vulva – Pengeluaran cairan atau darah dari liang senggama, ada perlukaan pada vulva, adakah pertumbuhan kondiloma
akuminata, kista bartholini, abses bartholini maupun
fibroma pada labia, perhatikan bentuk dan warna, adakah kelaianan pada rerineum dan anus.
b) Palpasi vulva– Teraba tumor, benjolan maupun pembengkakan pada kelenjar
bartholini.
–
Pemeriksaan Inspekulo, terdiri dari :
a) Pemeriksaan vagina – Adakah ulkus, pembengkakan atau cairan dalam vagina ; adakah benjolan pada vagina .
b) Pemeriksaan porsio uteri – Adakah perlukaan, apakah tertutup oleh cairan / lendir, apakah mudah berdarah dan terdapat kelainan.
c)
Pengambilan cairan berasal dari ulkus vagina dan porsio uteri – Pemeriksaan bakteriologis, pemeriksaan jamur dan pemeriksaan sitologi.
– Pemeriksaan Dalam untuk menentukan :
a)
Rahim– Bagaimana posisi rahim, besar, pergerakan, dan konsistensi rahim, apakah ada nyeri saat pemeriksaan.
b)
Adneksa (daerah kanan kiri rahim) – Pemeriksaan ini dilakukan dengan
menggerakkan jari yang berada didalam fornix lateral dan tangan yang ada diluar
bergerak ke samping uterus.
c)
Forniks posterior (kavum douglas) – pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah
terdapat nanah (infeksi) dan apakah forniks menonjol
akibat perdarahan kavum abdominalis.
–
PemeriksaanRectal, dilakukan pada wanita yang belum coitus, pada kelainan bawaan seperti atresia himenalis
atau vaginalis, hymen rigidus dan vaginismus.
Caranya: jari telunjuk dimasukkan ke dalam rectal, tangan luar diletakkan di
atas sympisis.
– Pemeriksaan Rectovaginal, digunakan pada proese-proses dibelakang dan
kiri kanan dari uterus (parametrium) seperti infiltrat dan tumor. Caranya: jari telunjuk dimasukkan ke dalam vagina sedangkan jari tengah ke dalam rectum.
– pemeriksaan Penunjang – Seperti sonografi
transveginal, histeroskopi maupun tindakan operatif lain.
Ø
Kesimpulan
Setelah dilakukan anamnesa sampaipemeriksaan, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan atau diagnosis : kehamilan, penyakit kandungan, infeksi dan perdarahan tanpa sebab.
Ø
Terapi
Terapi diberikan sesuai
dengan diagnosis atau kesimpulan yang didapatkan.
Sebagai Bidan memberikan KIE – motivasi untuk pemeriksaan, melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi (puskesmas,
dokter spesialis, rumah sakit) dan menerima pengawasan lebih lanjut.
b.
Konseling
Konseling merupakan proses pemberian informasi yang objektif dan lengkap,
dilakukan secara sistematik dengan paduan keterampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan
penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan membantu klien mengenali kondisi dan masalahnya serta memberikan jalan
keluar dalam mengatasi permsalahannya.
Tahapan pemberian Konseling terbagi
dalam Konseling awal, Konseling khusus atau
pemantapan dan Konseling kunjungan ulang . Konseling dalam pemeriksaan ginekologik klien berhak memilih dan membuat keputusan tentang penatalaksanaan klinik yang diyakininya
kemudian disepakati dalam persetujuan tertulis/ informed consent oleh kedua belah pihak
(tenaga kesehatan dengan klien).
c.
Persiapan Pre Operatif
Pada pembedahan elektif dilakukan pemeriksaan seteliti mungkin untuk membuat diagnosis penyakit yang tepat dan untuk menilai
kondisi pasien. Persiapan operasi pada keadaan darurat tentunya tidak selengkap
dengan operasi yang terjadwal, namun demikian hal-hal yang esensial tetap
dilakukan.
Pada malam sebelum
operasi, pasien dipuasakan sekurang-kurangnya 6 jam sebelum operasi dilakukan.
Pemberian pramedikasi diberikan dan diatur oleh ahli anestesi.
d.
Perawatan Post Operatif
Sesudah operasi, timbul
beberapa perubahan pada badan. Perubahan-perubahan
itu adalah :
ü
Kehilangan darah dan air yang menyebabkan
berkurangnya volumeiu cairan dalam sirkulasi.
ü
Diuresis pasca operasi berkurang, beberapa
hari kemudian akan normal kembali.
ü
Terjadi penghancuran protein jaringan,
ekskresi kalsium meningkat, sedang pengeluaran natrium dan klorida berkurang.
ü
Setelah operasi selesai, pasien tida boleh ditinggalkan sampai ia sadar.
Harus dijaga jalan pernafasannya tetap terjaga.
Komplikasi - komplikasi Pasca Operasi :
· Syok – Terjadi karena insufisiensi akut
dari system sirkulasi dengan sel-sel jaringan tidak mendapat makanan dan O2 dengan akibat terjadi kematian . Penyebab syok dari hemoragi, sepsis, neurogenik dan kardiogenik dll.
·
Hemoragi – Timbul bisa karena ikatan terlepas atau
karena usaha penghentian darah kurang sempurna.
· Ganguan jalan kencing – Retensio urin, infeksi jalan kencing
sering terjadi pada pasien pasca operasi.
·
Infeksi
·
Distensi perut, terasa kembung, tetapi setelah flaktus keadaan perut menjadi normal .
·
Terbukanya luka operasi dan eviserasi – Sebab terbukanya jahitan luka
operasi karena luka tidak dijahit dengan sempurna.
· Tromboflebitis– Jarang terjadi, hal ini
bersangkutan dengan radang dan sebagai tombosis tanpa tanpa tanda radang.