Kamis, 13 Maret 2014

Penatalaksanaan Kelainan Sistem Reproduksi

Mata Kuliah           : GINEKOLOGI
Pokok Bahasan      : Penatalaksanaan Kelainan Sistem Reproduksi
Dosen                  : Wenny Indah Purnama Eka Sari, SST

Setelah menyelesaikan mata kuliah ini Mahasiswa mampu menjelaskan Penatalaksanaan Kelainan Sistem Reproduksi.

o    Mohamad, K. 1998. Kontraindikasi dalam Kesehatan Reproduksi Edisi I. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
o    Wiknjosastro , H. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
o    Depkes RI. 1997. Buku Pegangan HIV / AIDS . Jakarta
o    Syaifudin , AB. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan neonatal. Jakarta


·  Hand Out
·  Laptop
·  LCD

Seorang wanita yang mengalami keluhan sehubungan dengan alat reproduksinya akan merasa cemas, gelisah dan malu untuk mengungkapkan kepada tenaga medis. Dalam menghadapi pasien yang demikian, sikap seorang tenaga medis sebaiknya sabar, pengertian dan menimbulkan kepercayaan.

Penatalaksanaan Kelainan Sistem Reproduksi
Simptomatologi penyakit ginekologi sebagian besar berkisar pada gejala
1) Perdarahan
2) Rasa nyeri
3) Pembengkakan.
a.      Anamnesa dan  Umum/ Khusus
 Anamnesa
Ø  Anamnesa meliputi :
        Riwayat penyakit  umum; apakah penderita pernah menderita penyakit berat, TBC, jantung, ginjal, kelainan darah, diabetus melitus dan kelainan jiiwa.  Riwayat operasi non ginekologi seperti strumektomi, mammektomi, appendektomi, dan lain-lain.
        Riwayat obstetrik; perlu diketahui riwayat kehamilan  sebelumnya, apakah pernah mengalami keguguran, partus secara spontan normal atau partus dengan tindakan, dan bagaimana keadaan anaknya. Adakah infeksi nifas dan riwayat  kuretase yang dapat menjadi sumber infeksi panggul dan kemandulan.
        Riwayat penyakit / kelaianan ginekologi pengobatannya, khususnya operasi yang pernah dialami.
        Riwayat haid perlu diketahui riwayat menarche, siklus haid teratur atau tidak, banyaknya darah yang keluar, lamanya haid, disertai rasa nyerii atau tidak, dan menopause . Perlu ditanyakan haid terakhir yang masih normal.
        Keluhan utama; keluhan yang dialami pasien sekarang.
        Riwayat keluarga berencana ; riwayat pemakaian alat kontrasepsi apakah pasien menggunakan kontrasepsi alami dengan atau tanpa alat, hormonal, non   hormonal maupun kontrasepsi mantap.
        Riwayat penyakit keluarga ; perlu ditanyakan apakah keluarga pasien ada yang memiliki penyakit berat atau kronis.
Ø Pemeriksaan Umum
       Pemeriksaan umum meliputi : Kesan umum; apakah tampak sakit, bagaimanakah kesadarannya, apakah tampak pucat, mengeluh kesaakitan di daerah abdomen.
        Pemeriksaan tanda vital : pemeriksaan tekanan darah,nadi dan suhu.
        Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus.
Ø  Pemeriksaan Khusus
Merupakan Pemeriksaan Ginekologi. Agar diperoleh hasil yang baik maka posisi pasien dan alat-alat yang digunakan juga menentukan.Adapun posisi yang digunakan adalah posisi litotomi, miring dan sims.
 Pemeriksaan khusus meliputi :
        Pemeriksaan Abdomen terdiri dari :
a)       Inspeksi yaitu memperhatikan bentuk, pembesaran (mengarah pada kehamilan,  tumor, maupun asites), pergerakan pernafasan kondisi kulit (tebal, mengkilat, keriput,  striae, pigmentasi)
b)    Palpasi   – Sebelum pemeriksaan, kandung kencing dan rectum  sebaiknya dalam keadaan kosong.Untuk mengetahui besar tumor dan tinggi fundus uteri permukaan tumor, adanya gerakan janin, tanda cairan bebas, apakah pada perabaan terasa sakit.
c)       Perkusi – Untuk mendengar gas dalam usus, menentukan pembesaran tumor, terdapat cairan bebas dalam kavum abdomen  dan perasaan sakit saat diketok.
d)       Auskultasi – Pemeriksaan bising usus, gerakan janin maupun denyut jantung janin.
     Pemeriksaan Payudara – mempunyai arti penting sehubungan dengan diagnostik kelaiann endokrin, kehamilan, dan karsinoma mammae. 
        Alat Genital  Luar, terdiri dari :
a)       Inspeksi Vulva – Pengeluaran cairan atau darah dari liang senggama, ada perlukaan pada vulva, adakah pertumbuhan kondiloma akuminata, kista bartholini, abses bartholini maupun fibroma pada labia, perhatikan bentuk dan warna, adakah  kelaianan  pada rerineum dan anus.
b)      Palpasi vulva– Teraba tumor, benjolan  maupun pembengkakan pada kelenjar bartholini.
        Pemeriksaan Inspekulo, terdiri dari :
a)        Pemeriksaan vagina  – Adakah ulkus, pembengkakan atau cairan dalam vagina ; adakah benjolan pada vagina .
b)      Pemeriksaan porsio uteri  – Adakah perlukaan, apakah tertutup oleh cairan / lendir, apakah mudah berdarah dan terdapat kelainan.
c)       Pengambilan cairan berasal dari ulkus vagina dan porsio uteri – Pemeriksaan  bakteriologis, pemeriksaan jamur dan pemeriksaan sitologi.
      Pemeriksaan Dalam untuk menentukan :
a)       Rahim– Bagaimana posisi rahim, besar, pergerakan, dan konsistensi rahim, apakah ada nyeri  saat pemeriksaan.
b)       Adneksa (daerah kanan kiri rahim) –  Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggerakkan jari yang berada didalam fornix lateral dan tangan yang ada diluar bergerak ke samping uterus.
c)       Forniks posterior (kavum douglas) – pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah terdapat nanah (infeksi) dan apakah forniks menonjol akibat perdarahan kavum abdominalis.
        PemeriksaanRectal, dilakukan pada wanita yang belum coitus, pada kelainan bawaan seperti atresia himenalis atau vaginalis, hymen rigidus dan vaginismus. Caranya: jari telunjuk dimasukkan ke dalam rectal, tangan luar diletakkan di atas sympisis.
    Pemeriksaan Rectovaginal, digunakan pada proese-proses dibelakang dan kiri kanan dari  uterus (parametrium) seperti infiltrat dan tumor. Caranya: jari telunjuk dimasukkan ke dalam vagina sedangkan jari tengah ke dalam rectum.
        pemeriksaan Penunjang – Seperti sonografi transveginal, histeroskopi maupun tindakan operatif lain.
Ø Kesimpulan
Setelah dilakukan anamnesa sampaipemeriksaan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan atau diagnosis : kehamilan, penyakit kandungan, infeksi dan perdarahan tanpa sebab. 
Ø Terapi
Terapi diberikan sesuai dengan diagnosis atau kesimpulan yang didapatkan. Sebagai Bidan memberikan KIE – motivasi  untuk pemeriksaan, melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi (puskesmas, dokter spesialis, rumah sakit) dan menerima  pengawasan  lebih lanjut.
b.        Konseling
Konseling merupakan proses  pemberian informasi yang objektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan keterampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan membantu klien mengenali kondisi dan masalahnya serta memberikan jalan keluar dalam mengatasi permsalahannya. 
Tahapan pemberian Konseling terbagi dalam Konseling awal, Konseling khusus atau pemantapan dan Konseling kunjungan ulang Konseling dalam pemeriksaan ginekologik klien  berhak memilih dan membuat keputusan tentang penatalaksanaan klinik yang diyakininya kemudian disepakati dalam persetujuan tertulis/ informed consent oleh kedua belah pihak (tenaga kesehatan dengan klien).
c.        Persiapan Pre Operatif
Pada pembedahan elektif dilakukan pemeriksaan seteliti mungkin untuk membuat diagnosis penyakit yang tepat dan untuk menilai kondisi pasien. Persiapan operasi pada keadaan darurat tentunya tidak selengkap dengan operasi yang terjadwal, namun demikian hal-hal yang esensial tetap dilakukan.
Pada malam sebelum operasi, pasien dipuasakan sekurang-kurangnya 6 jam sebelum operasi dilakukan. Pemberian pramedikasi diberikan dan diatur oleh ahli anestesi.


d.        Perawatan Post Operatif
Sesudah operasi, timbul beberapa perubahan pada badan. Perubahan-perubahan 
 itu adalah :
ü Kehilangan darah  dan air yang menyebabkan berkurangnya volumeiu cairan dalam sirkulasi.
ü Diuresis pasca operasi berkurang, beberapa hari kemudian akan normal kembali.
ü Terjadi penghancuran protein jaringan, ekskresi kalsium meningkat, sedang pengeluaran natrium  dan klorida berkurang.
ü Setelah operasi selesai, pasien tida boleh ditinggalkan sampai ia sadar. Harus dijaga jalan pernafasannya tetap terjaga.

 Komplikasi - komplikasi Pasca Operasi :
·   Syok – Terjadi karena insufisiensi akut dari system sirkulasi dengan sel-sel jaringan tidak mendapat makanan dan O2 dengan akibat terjadi kematian . Penyebab syok dari hemoragi, sepsis, neurogenik dan kardiogenik dll.
·        Hemoragi – Timbul bisa karena ikatan terlepas atau karena usaha penghentian darah kurang sempurna.
·    Ganguan jalan kencing – Retensio urin, infeksi  jalan kencing sering terjadi pada pasien pasca operasi.
·        Infeksi
·        Distensi perut,  terasa kembung, tetapi setelah flaktus keadaan perut  menjadi normal .
·        Terbukanya luka operasi dan eviserasi – Sebab terbukanya jahitan luka operasi karena luka tidak dijahit dengan sempurna.
·       Tromboflebitis– Jarang terjadi, hal ini bersangkutan dengan radang dan sebagai tombosis tanpa tanpa tanda radang.


 

Welcome Blog Bidan Cantik © 2008. Design By: Buy Engagement Rings | Infidelity in Marriage by Blogger Templates