Senin, 02 September 2013

Komunikasi Interpersonal ( KIP /K )




a. Pengertian Komunikasi Interpersonal / Konseling ( KIP / Konseling )
  • Komunikasi interpersonal : interaksi yang dilakukan dari orang ke orang, bersifat 2 arah baik verbal maupun non verbal, dengan saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dgn individu atau antar individu dalam kelompok kecil.
  • Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi antar orang-orang secara tatap muka, baik secara verbal maupun nonverbal.  
  • Komunikasi Interpersonal adalah pertukaran informasi, perasaan atau pemikiran antar manusia (individu) secara tatap muka (face to face), invidu dengan individu (person to person), verbal non-verbal. Karena sifat dari interaksi adalah langsung dan segera, komunikasi interpersonal merupakan inti dari semua hubungan antar manusia (all human relation ships).
Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik, bertujuan Untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menemukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut.
Konseling adalah pertolongan dalam bentuk wawancara yang menuntut adanya komunikasi, interaksi yang mendalam, dan usaha bersama antara konselor dengan konseli, untuk mencapai tujuan konseling yang dapat berupa pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan, ataupun perubahan tingkah laku atau sikap dalam lingkup pelayanan kebidanan.
KIP Antara Dua Orang adalah komunikasi dari seseorang ke orang lain, dua arah interaksi verbal dan nonverbal yang menyangkut saling berbagi informasi dan perasaan.
KIP Antara Tiga Orang/ lebih, menyangkut komunikasi dari orang ke beberapa oarng lain (kelompok kecil). Masing-masing anggota menyadari keberadaan anggota lain, memiliki minat yang sama dan/atau bekerja untuk suatu tujuan
Konseling kebidanan adalah pertolongan dalam bentuk wawancara yang menuntut adanya komunikasi, interaksi yang mendalam, dan usaha bersama antara konselor (bidan) dengan konseli (klien) untuk mencapai tujuan konseling yang dapat berupa pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan, ataupun perubahan tingkah laku atau sikap dalam ruang lingkup pelayanan kebidanan.
Tujuan Konseling
1)  Meningkatkan penerimaan informasi
Informasi yang benar , diskusi beas dengan cara mendengarkan , berbicara , dan komunikasi non- verbal meningkatkan penerimaan informasi mengenai KB oleh klien.
2) Menjamin pilihan yang cocok
Menjamin petugas dan klien memilih cara terbaik yang sesuai dengan keadaan kesehatan dan kondisi klien.
3) Menjamin Penggunaan yang efektif
Konseling efektif diperlukan agar klien mengetahui bagaimana menggunakan KB dengan benar dan mengatasi informasi yang keliru tentang cara tersebut.
4) Menjamin kelangsungan yang lebih lama
Kelangsungan pemakaian cara KB akan lebih baik bila klien ikut memilih cara tersebut , mengetahui cara kerjanya dan mengatasi efek sampingnya.

Perbedaan Konseling dan Nasehat
Konseling adalah memberikan fakta-fakta sehingga klien dapat membuat keputusan sendiri, membuat klien mau bertanya dan mendiskusikan masalah pribadinya yang tidak mungkin dibicarakan dengan setiap orang lain.
Nasehat adalah memberitahukan klien apa yang sebaiknya ia lakukan, menghakimi prilakunya dimasa lalu dan kini.

Proses Komunikasi Interpersonal
Proses komunikasi interpersonal merupakan suatu proses dua arah, lingkaran interaktif di mana pihak-pihak yang berkomunikasi saling bertukar pesan secara verbal dan nonverbal. Kedua pihak menjadi pengirim maupun penerima pesan. Dalam prosesnya, penerima pesan menafsirkan pesan dari pengirim pesan sebelumnya dan memberikan tanggapan dengan pesan yang baru.
Model komunikasi interpersonal memfokuskan kepada diri individu masing-masing dan pesan-pesan saling dipertukarkan. Tidak ada satu pun dari unsur yang ada berdiri sendiri.

Langkah Dalam Konseling
Pendahuluan
Langkah pendahuluan atau Langkah pembuka merupakan kegiatan menciptakan kontak, melengkapi data konseli untuk merumuskan penyebab masalah, dan menetukan jalan keluar.
Bagian Inti/Pokok
Bagian inti/pokok dalam konseling mencakup kegiatan mencari jalan keluar, memilih salah satu jalan keluar yang tepat bagi konseli, dan mealksanakan jalan keluar.
Bagian Akhir
Bagian akhir kegiatan konseling merupakan kegiatan penyimpulan dari seluruh aspek kegiatan dan pengambilan jalan keluar. Langkah ini merupakan langkah penutupan dari pertemuan dan juga penetapan untuk pertemuan berikutnya.
Berikut Langkah – Langkah Dalam Konseling KB
Teknik Konseling Gallen dan Leitenmaier,
1) Teknik konseling menurut Gallen dan Leitenmaier  , lebih dikenal dengan GATHER yaitu :
G : GREET
Berikan salam , kenalkna diri dan buka komunikasi.
A : ASK
Tanya keluhan / kebutuhan pasien dan menilai apakah keluhan/kebutuhan sesuai dengan kondisi yang dihadapi?
T : TELL
Beritahukan persolana pokok yang dihadapi pasien dari hasil tukar informasi dan carikan upaya penyelasainnya.
H : HELP
Bantu klien memahami & menyelasaikan masalahnya
E: EXPLAIN
Jelaskan cara terpilih telah dianjurkan dan hasil yang diharapkan mungkin dapat segera terlihat / diobservasi.
R : REFER/RETURN VISIT
Rujuk bila fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai. Buat jadwal kunjungan ulang.
2) Langkah konseling  SATU TUJU
Langkah SATU TUJU ini tidak perlu dilakukan berurutan karena menyesuaikan dengan kebutuhan klien.
SA : Sapa dan Salam
a)       Sapa klien secara terbuka dan sopan
b)       Beri perhatian sepenuhnya , jaga privasi pasien
c)       Bangun percaya diri pasien
d)       Tanyakan apa yang perlu dibantu dan jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.
T   : Tanya
a)       Tanyakan informasi tentang dirinya
b)       Bantu klien pengalaman tentang KB dan kesehatan reproduksi
c)       Tanyakan kontrasepsi yang ingin digunakan.
U : Uraikan
a)       Uraikan pada klien mengenai pilihannya
b)       Bantu klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini serta jelaskan jenis yang lain
TU : Bantu
a)       Bantu klien berfikir apa yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya
b)       Tanyakan apakah pasangan mendukung pilihannya
J  : Jelaskan
a)       Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya setelah klien memilih jenis kontrasepsinya.
b)       Jelaskan bagaimana penggunaannya
c)       Jelaskan manfaat ganda dari kontrasepsi
U : Kunjungan Ulang
Perlu dilakukan kunjungan ulang untuk dilakukan pemeriksaan atau permintaan kontrasepsi yang dibutuhkan.


 
Pendekatan KIP
Tiga pendekatan utama tentang pemikiran KAP berdasarkan:
  1. Komponen-komponen utama.
  2. Hubungan diadik.
  3. Pengembangan
Bittner menerangkan KIP berlangsung, bila pengirim menyampaikan informasi berupa kata-kata kepada penerima dengan menggunakan medium suara manusia (human voice).
Menurut Barnlund  ciri-ciri mengenali KAP sebagai berikut:
  1. Bersifat spontan.
  2. Tidak berstruktur.
  3. Kebetulan.
  4. Tidak mengejar tujuan yang direncanakan.
  5. Identitas keanggotaan tidak jelas.
  6. Terjadi sambil lalu.
Hubungan Diadik
Hubungan diadik mengartikan KIP sebagai komunikasi yang berlangsung antara dua orang yang mempunyai hubungan mantap dan jelas. Untuk memahami perilaku seseorang, harus mengikutsertakan paling tidak dua orang peserta dalam situasi bersama.
Trenholm dan Jensen mendefinisikan KIP sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka (komunikasi diadik). Sifat komunikasi ini adalah:
  1. Spontan dan informal.
  2. Saling menerima feedback secara maksimal.
  3. Partisipan berperan fleksibel.
Efektifitas KIP
KIP merupakan komunikasi paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang.
Menurut Kumar , lima ciri efektifitas KIP sebagai berikut:
  1. Keterbukaan (openess).
  2. Empati (empathy).
  3. Dukungan (supportiveness).
  4. Rasa positif (positiveness).
  5. Kesetaraan (equality).
Feedback yang diperoleh dalam KIP berupa feedback positif, negatif dan netral. Prinsip mendasar dalam komunikasi manusia berupa penerusan gagasan.
David Berlo mengembangkan konsep empati menjadi teori komunikasi. Empat tingkat ketergantungan komunikasi adalah:
  1. Peserta komunikasi memilih pasangan sesuai dirinya.
  2. Tanggapan yang diharapkan berupa umpan balik.
  3. Individu mempunyai kemampuan untuk menanggapi, mengantisipasi bagaimana merespon informasi, serta mengembangkan harapan-harapan tingkah laku partisipan komunikasi.
  4. Terjadi pergantian peran untuk mencapai kesamaan pengalaman dalam perilaku empati.
Berlo membagi teori empati menjadi dua:
  1. Teori Penyimpulan (inference theory), orang dapat mengamati atau mengidentifikasi perilakunya sendiri.
  2. Teori Pengambilan Peran (role taking theory), seseorang harus lebih dulu mengenal dan mengerti perilaku orang lain.
  1. Kelayakan (decentering).
  2. Pengambilan peran (role taking).
  3. Empati komuniksi (empathic communication).
Kelayakan (decentering)
Bagaimana individu memusatkan perhatian kepada orang lain dan mempertimbangkan apa yang dipikirkan dan dikatakan orang lain tersebut.
Pengambilan peran (role taking)
Mengidentifikasikan orang lain ke dalam dirinya, menyentuh kesadaran diri melalui orang lain.
Tingkatan dalam pengambilan peran:
  1. Tingkatan budaya (cultural level), mendasarkan keseluruhan karakteristik dari norma dan nilai masyarakat.
  2. Tingkatan sosiologis (sociological level), mendasarkan pada asumsi sebagian kelompok budaya.
  3. Tingkatan psikologis (psycological level), mendasarkan pada apa yang dialami oleh individu.
Empati komunikasi meliputi penyampaian perasaan, kejadian, persepsi atau proses yang menyatakan tidak langsung perubahan sikap/perilaku penerima.
Blumer mengembangkan pemikiran Mead melalui pokok pikiran interaksionisme simbolik yaitu “Manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) yang dipunyai
b. FAKTOR PENGHAMBAT KIP/K
Ø Factor individual
                    Orientasi cultural (keterikatan budaya) merupakan factor individual yang dibawa seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari factor fisik maupun kepekaan pancaindera (kemampuan untuk melihat dan mendengar), usia dan jenis kelamin, sudut pandang atau nilai-nilai yang dianut, serta factor social diantaranya sejarah keluarga dan relasi, jaringan social, peran dalam masyarakat, status social dan peran social.

Ø Factor yang berkaitan dengan interaksi
                    Meliputi tujuan dan harapan terhadap komunikasi , sikap terhadap interaksii, serta pembawaan diri seseorang terhadap orang lain seperti kehangatan, perhatian, dukungan.
Ø Factor situasional
                Situasi selama melakukan komunikasi sangat mempengaruhi keberhasilan komunikasi, lingkungan yang tenang dan terjaga privasinya merupaka situasi yang sangat mendukung, begitu pula sebaliknya.
Ø Kompetensi dalam melakukan percakapan
                    Agar komunikasi interpersonal berjalan lancar dan mendatangkan hasil yang diharapkan, baik komunikator maupun komunikan perlu memilii kemampuan dan kecakapan dalam melakukan komunikasi interpersonal. Kompetensi yang harus dipenuhi tersebut meliputi :
a. Empati (empathy) adalah kecakapan memahami perasaan dan pengertisn orang lain
b. Perspektif social adalah kecakapan melihat kemungkinan-kemungkinan perilaku yang diambil oleh orang yang kita ajak komunikasi.
c. Kepekaan (sensivity) tehadap sesuatu hal dalam KIP/K
d. Pengetahuan akan situasi pada saat melakukan KIP/K
e. Memonitor diri adalah kemampuan menjaga ketepatan perilaku dan pengungkapan komunikan.
         f. Kecakapan dalam tingkah laku antara lain keterlibatandalam berinteraksi

0 komentar:

Posting Komentar

 

Welcome Blog Bidan Cantik © 2008. Design By: Buy Engagement Rings | Infidelity in Marriage by Blogger Templates