Senin, 04 November 2013

Pengarustamaan Kesetaraan Gender Di Institusi Dan Hubungan Gender Dengan Kesehatan



Pengarustamaan gender mengacu pada integrasi peduli gender dalam analisis, formulasi dan pengawasan kebijakan, program dan proyek serta dalam organisasi yang bertujuan untuk menyampaikan ketidakadilan gender dan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan.
Kebutuhan praktis berbasis gender merupakan kebutuhan yang bersifat dasar dan segera sering kali berkaitan dengan ketidaklayakan kondisi hidup, perawatan kesehatan dan pekerjaan seperti pusat kesehatan, memastikan persediaan air bersih dan menyediakan konsultasi keluarga berencana. Pemusatan terhadap kebutuhan ini tidak merubah posisi laki-laki dan perempuan dalam masyarakat.
Kebutuhan strategis berbasis gender berhubungan dengan pembagian gender dalam bidang pekerjaan, kekuasaan dan pengawasan dan boleh jadi meliputi isu sepertihak-hak hukum, kekerasan domestik , akses ke sumber daya, upah yang adil dan kontrol perempuan atas tubuhnya. Pemusatan terhadap kebutuhan ini membantu perempuan mencapai kesetaraan yang lebih baik dan menolak untuk berada di bawah laki-laki.
Pengarustamaan bukanlah aktivitas yang singkat, tetapi merupakan proses yang terus menerus. Hal ini berarti bahwa isu ketidaksetaraan gender disampaikan atau diintegrasikan dalam setiap aspek struktur organisasi dan program daripada sebagai aktivitas tambahan. Pengurustamaan gender aspek penting (WHO 2001) yaitu (1) distribusi yang adil oleh laki-laki dan perempuan, kesempatan  dan keuntungan dari proses pembangunan pengurustamaan (2) termasuk pengalaman yang menarik dan visi perempuan dan laki-laki dalam menentukan permulaan pembangunan, kebijakan, dan program serta menentukan agenda keseluruhan.
Dalam pengurustamaan gender, kebutuhan strategis dan praktis berbasis gender perempuan sebaiknya dipertimbangkan. Kebutuhan praktis berbasis gender merupakan kebutuhan yang bersifat dasar dan segera serta sering kali berkaitan dengan ketidaklayakan kondisi hidup, perawatan kesehatan dan pekerjaan seperti perbaikan pusat kesehatan, memastikan persediaan air bersih dan menyediakan konsultasi keluarga berencana. Pemusatan terhadap kebutuhan ini tidak merubah posisi laki-laki dan perempuan dalam masyarakat.
Kebutuhan strategis berbasis gender berhubungan dengan pembagian gender dalam bidang pekerjaan, kekuasaan, dan pengawasan dan boleh jadi meliputi isu seperti hak-hak hukum, kekerasan domestik, akses ke sumber daya, upah yang adil dan kontrol perempuan atas tubuhnya. Pemusatan terhadap kebutuhan ini membantu perempuan mencapai kesetaraan yang lebih baik dan menolak untuk berada dibawah laki-laki.

Hubungan antara Gender dan Kesehatan
Dalam masyarakat, perempuan dan laki-laki berbeda karena tugas dan aktivitasnya, ruang fisik yang mereka tempati dan orang-orang yang berhubungan dengan mereka. Namun, perempuan memiliki akses ked an control yang kurang atas sumber daya daripada laki-laki, khususnya akses ke pendidikan dan fasilitas pelatihan yang terbatas.
Konsep analisis gender penting sekali di bidang kesehatan karena perbedaan berbasis gender daalam peran dan tanggung jawab, pembagian pekerjaan, akses ked an control atas sumber daya, dalam kekuasaan dan keputusan mempunyai konsekuensi maskulinitas dan feminitas yang berbeda berdasarkan budaya, suku dan kelas social. Sangat penting memilikin pemahaman yang baik tentang konsep dan mengetahui karakteristik kelompok perempuan dan laki-laki yang berhubungan dengan proses pembangunan.
Pada status kesehatan perempuan dan laki-laki. Konsekuensi boleh jadi meliputi: “risiko yang berbeda dan kerawanan terhadap infeksi dan kondisi kesehatan,” mebuat banyaknya pendapat tentang kebutuhan kesehatan tindakan yang tepat, akses yang berbeda ke layanan kesehatan, yang diakibatkan oleh penyakit dan konsekuensi social yang berbeda dari penyakit dan kesehatan.
WHO (2001) telah membuat daftar cara bagaimana dampak gender terhadap status kesehatan:
·           Pembongkaran, risiko atau kerawanan
·           Sifat dasar, kekerasan dan frekuensi masalah kesehatan yang gejalanya dapat dirasakan
·           Perilaku mencari kesehatan
·           Akses ke layanan kesehatan
·           Konsekuensi social jangka panjang dan konsekuensi kesehatan

Seks, gender dan tindakan yang disarankan
Untuk memahami bagaimana seks dan gender dikaitkan dengan kesehatan, perlu sekali meneliti kasus tentang tuberculosis.
Gender dan tuberculosis
Secara global, 8,4 juta penduduk diperkirakan mengidap penyakit tuberculosis setiap tahun dan hamper 2 juta kematian penduduk disebabkan oleh penyakit ini. Secara umum, sepertiga penduduk dunia saat ini terinfeksi oleh kuman tuberculosis, lebih dari 90 persen terjadi di Negara berkembang.
Kebanyakan yang terinfeksi tuberculosis adalah penduduk miskin dari Negara miskin. Mereka tidah hanya rentan terhadap penyakit ini karena kehidupan dan kondisi kerja mereka, tetapi mereka juga terpuruk dalam kemiskinan akibat tuberculosis. Orang yang mengidap TB kehilangan 20 sampai 30 persen pendapatan rumah tangga pertahun karena penyakit ini.
Situasi ini memerlukan tindakan yang cepat untuk meberantas epidemic ini. Meneliti dimensu gender pada TB penting sekali untuk mengatasi hambatan yang ditemukan dalam pencegahan yang efektif, cakupan dan tindakan untuk membasmi tuberculosis.
Timbulnya tuberculosis dan prevalensinya lebih tingggi pada laki-laki dewasa. Di berbagai tempat, tingkat timbulnya tuberculosis lebih tinggi pada laki-laki disegala usia kecuali pada masa kanak-kanak, ketika mereka lebih tinggi dari perempuan. Hasil penelitian menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin dalam tingkat prevalensi mulai muncul pada usia 10 dan 16 tahun dan semakin tinggi pada laki-laki daripada perempuan. Penyebab timbulnya dan prevalensi yang tinggi pada laki-laki adalah minimalnya pemahaman dan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berhubungan. Laporan tentang tingkat timbulnya TB boleh jadi di bawah gambaran perempuan. Norma penyaringan yang standar dapat menyebabkan lebih banyak perempuan yang mengidap TB tidak terdeteksi daripada laki-laki. Gejala yang muncul pada perempuan tidak seperti pada laki-laki yaitu batuk, mengeluarkan dahak, atau hasil tes yang positif pada mikroskopi dahak.
Tingkat pemberitahuan yang rendah boleh jadi merupakan konsekuensi dari proporsi perempuan yang lebih kecil daripada laki-laki dalam kunjungan ke fasilitas kesehatan dan pemberian contoh dahak untuk diperiksa.
Ada beberapa perbedaan seks dalam perkembangan dan akibat tuberculosis. Sekali terinfeksi TB, perempuan di usia produktif lebih mudah jatuh sakit daripada laki-laki dan juga meninggal karena TB tersebut. Pada perempuan hamil, perbedaan ini belum terbukti.
Daya tahan tubuh orang muda yang terinfeksi HIV dan terkena tuberculosis dapat melemah dan orang yang menderita HIV positif dan menderita tuberculosis penyakitnya akan menjadi lebih aktif dibandingkan dengan orang terinfeksi TB tetapi tidak mengidap HIV. Karena perempuan yang lebih muda lebih beresiko terkena HIV daripada laki-laki di usia yang sama, dibeberapa bagian di Afrika yang banyak ditemukan HIV, perempuan yang menderita TB lebih banyak daripada laki-laki.
Tuberculosis yang diidap oleh perempuan hamil dapat mengakibatkan buruknya kehamilan. Studi kasus di Meksiko dan India menyatakan bahwa TB paru-paru pada ibu meningkatkan risiko kelahiran premature dan bayi yang lahir dengan berat yang rendah menjadi dua kali lipat dan risiko kematian menjelang atau satu bulan setelah kelahiran bayi meningkat antara tiga sampai enam kali lipat.
Perempuan hamil yang menderita tuberculosis paru-paru, tetapi terlambat di diagnosa penyakit yang berkaitan dengan kandungan meningkat menjadi enam kali lipat, menurut ulasan terakhir pada tuberculosis dan kehamilan. Ulasan tersebut juga melaporkan risiko lain, yakni keguguran, toksemi dan komplikasi pada proses persalinan.

Kesetaraan Gender
Kesetaraan gender merupakan perlakuan yang setara antara perempuan dan laki-laki dalam hukum dan kebijakan serta akses yang sama ke sumber daya dan pelayanan dalam keluarga, komunitas dan masyarakat luas.

Ketidaksetaraan Gender dalam Kesehatan
Status perempuan begitu rendah karena akibat ketidaksetaraan gender yang dibiarkan terus berlangsung. Dengan potret buram yang sudah dijelaskan sebelumnya, perhatian yang lebih besar mestinya diberikan kepada perempuan. Bukan berarti laki-laki terlupakan. Tetapi perhatian terhadap perempuan menjadi lebih utama sebab perempuan sedemikian tertinggalnya dan teramat lama terabaikan nasibnya.
Berikut ini beberapa contoh pengaruh ketidaksetaraan gender terhadap kesehatan baik laki-laki maupun perempuan sejak lahir hingga lanjut usia.

NO
KETIDAKSETARAAN GENDER (PEREMPUAN)
KETIDAKSETARAAN GENDER (LAKI-LAKI)
1
Rata-rata perempuan di pedesaan bekerja 20% lebih lama daripada laki-laki.
Laki-laki bekerja 20% lebih pendek.
2
Perempuan mempunyai akses yang terbatas terhadap sumberdaya ekonomi.
Laki-laki menikmati akses sumber daya ekonomi yang lebih besar.
3
Perempuan tidak mempunyai akses yang setara terhadap sumberdaya pendidikan dan pelatihan.
Laki-laki mempunyai akses yang lebih baik terhadap sumberdaya pendidikan dan pelatihan.
4
Perempuan tidak mempunyai akses yang setara terhadap kekuasaan dan pengambilan keputusan disemua lapisan masyarakat.
Laki-laki mempunyai akses yang mudah terhadap kekuasaan dan pengambilan keputusan di semua lapisan masyarakat.
5
Perempuan menderita dan mengalami kekerasan dalam rumah tangga dengan kadar yang sangat tinggi.
Laki-laki tidak mengalami tingkat kekerasan yang sama dengan perempuan.

Kesetaraan gender dalam hak, yaitu adanya kesetaraan hak dalam peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan dalam bidang kesehatan.
·           Kesetaraan hak dalam rumah tangga yaitu perempuan dan laki-laki mempunyai hak yang sama dalam kesehatan, misalnya menentukan jumlah anak, jenis persalinan, pemilihan alat kontrasepsi, dll.
·           Kesetaraan hak dalam ekonomi/keuangan yaitu perempuan dan laki-laki mempunyai hak yang sama dalam memilih alat kontrasepsi.
·           Kesetaraan hak dalam masyarakat yaitu adanya budaya di beberapa daerah yang mengharuskan masyarakat mengikuti budaya tersebut sehingga tidak terjadi kesehatan yang responsif gender. Selain itu, perempuan dan laki-laki mempunyai hak yang sama dalam berpolitik dan dalam pengambilan keputusan.
Kesetaraan gender dalam sumber daya, yaitu adanya kewenangan dalam penggunaan sumber daya terhadap kesehatan.
·           Di tingkat rumah tangga,  perempuan dan laki-laki mempunyai alokasi yang sama untuk mengakses pelayanan kesehatan.
·           Di tingkat ekonomi, perempuan dan laki-laki mempunyai kemampuan yang sama untuk membelanjakan uang untuk keperluan kesehatan. Selain itu,  perempuan dan laki-laki mempunyai kesempatan yang sama dalam membelanjakan pendapatannya untuk kesehatan.
·           Di tingkat masyarakat, tidak tersedianya sarana dan pra-sarana publik yang responsif gender,  seperti tidak adanya tempat untuk menyusui, tempat ganti popok bayi.
Kesetaraan gender dalam menyuarakan pendapat, yaitu ekspresi terhadap kebutuhan akan kesehatan dan laki-laki tidak lagi mendominasi pendapat dalam kesehatan.
·           Di tingkat rumah tangga, perempuan dan laki-laki mempunyai kesempatan yang sama untuk mengekspresikan rujukan kesehatan yang diharapkan, sesuai tingkat pendidikannya, kesempatan untuk memberikan umpan balik atas pelayanan yang diterimanya.
·           Di bidang ekonomi, pengetahuan ibu untuk memilih tempat rujukan yang tepat tidak didukung oleh kemampuan ekonomi suami. Perempuan dan laki-laki mempunyai kesempatan yang sama dalam menyampaikan keluhan atau komplainterhadap kepuasan pelayanan.
·           Di tingkat masyarakat, pendapat tentang memiliki anak yang sehat didukung dengan ajaran agama yang diyakini.
Masalah gender meliputi berbagai aspek yang memerlukan penanganan oleh berbagai sektor termasuk sektor kesehatan.
Kebijakan publik merupakan pedoman dalam pelaksanaan publik, termasuk kebijakan bidang kesehatan. Kebijakan kesehatan menjadi acuan dalam pelayanan kesehatan di sarana kesehatan. Kebijakan terbagi dalam tiga strata, yaitu:
·           Kebijakan strategis yang mencakup kebijakan pada tingkat tertinggi seperti Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah.
·           Kebijakan manajerial yang mencakup kebijakan pada tingkat menengah seperti Keputusan Menteri.
·           Kebijakan teknis yang mencakup kebijakan pada tingkat pelaksanaan seperti Keputusan Direktur Jenderal Departemen.
Kebijakan publik ditetapkan pemerintah dengan dalil lebih mengetahui kepentingan rakyat publik (public interest). Setelah suatu kebijakan ditetapkan, kelemahan paling utama adalah kemampuan pelaksanaan (policy implentation). Pelaksanaan kebijakan ini juga menjadi kendala dalam implementasi kebijakan makro dan mikro dari pengurustamaan gender di Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Welcome Blog Bidan Cantik © 2008. Design By: Buy Engagement Rings | Infidelity in Marriage by Blogger Templates